Selasa, 17 Mei 2016

Laporan Ilmu Lingkungan Ternak Pembahasan





BAB III
MATERI DAN METODE
A.  Pengukuran Lingkungan Ternak
1.    Alat
a.    Termometer Ruang
b.    Hygrometer
2.    Bahan
a.    Kandang Sapi
b.    Kandang Kambing
c.    Kandang Puyuh
d.    Kandang Domba
e.    Tabel Pencatatan Data
3.    Metode
a.    Memasang termometer ruang di dalam kandang kemudian mengamati dan mencatat suhu dalam kandang.
b.    Memasang hygrometer di dalam kandang kemudian mengamati dan mencatat kelembabannya.
c.    Mencatat suhu lingkungan dilakukan setiap 30menit sekali lalu mengamati dan mencatat suhu lingkungan.
B.   Pengukuran Fisiologi Ternak
1.    Alat
a.    Termometer
b.    Countercheck
c.    Stopwatch
2.    Bahan
a.    Ternak Sapi
b.    Ternak Kambing
c.    Ternak Domba
d.    Ternak Puyuh
e.    Tabel Pencatatan Data 
3.    Metode
3.1    Pengukuran Suhu Rektal
3.1.a.      Menenangkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh     dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.1.b.      Mengangkat pangkal ekor bagian bawah, menyentuhkan    termometer pada anus atau dubur.
3.1.c.      Menunggu satu menit lalu membaca suhu dan        mencatatnya.
3.1.d.      Mengulangi langkah dengan waktu yang berbeda di pagi    hari dan siang hari.
3.2    Pengukuran Frekuensi Respirasi
3.2.a.      Menengkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh       dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.2.b.      Mengenolkan countercheck.
3.2.c.      Memegang bagian kepala dan telapak merasakan hembusan nafas ternak.
3.2.d.     Menghitung frekuensi nafas ternak dengan selang            waktu satu menit menggunakan stopwatch.
3.2.e.      Mencatat dalam tabel pencatatan.
3.3    Perhitungan Frekuensi Detak Jantung
3.3.a.      Menengkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.3.b.      Mencari detak nadinya dan menghitung selama satu menit dengan menggunakan stopwatch.
3.3.c.      Mencatat dalam tabel pencatatan.
C.  Pengamatan Lingkungan Disekitar Kandang Kambing
1.    Alat
a.    Kamera
2.    Bahan
a.    Kandang Kambing
b.    Data Identitas
3.    Metode
a.    Mendatangi tempat peternakan kambing.
b.    Mengamati keadaan disekitar kandang kambing.
c.    Mengukur jarak antar kandang dengan lingkungan sekitar.
d.    Mengamati penyinaran yang masuk ke dalam kandang kambing dan mengamati kecepatan anging yang masuk.
e.    Mengisi identitas dengan menanyakan kepada pemilik ternak.


Laporan Terkait :

Senin, 16 Mei 2016

Laporan Ilmu Lingkungan Ternak Metode



BAB III
MATERI DAN METODE
A.  Pengukuran Lingkungan Ternak
1.    Alat
a.    Termometer Ruang
b.    Hygrometer
2.    Bahan
a.    Kandang Sapi
b.    Kandang Kambing
c.    Kandang Puyuh
d.    Kandang Domba
e.    Tabel Pencatatan Data
3.    Metode
a.    Memasang termometer ruang di dalam kandang kemudian mengamati dan mencatat suhu dalam kandang.
b.    Memasang hygrometer di dalam kandang kemudian mengamati dan mencatat kelembabannya.
c.    Mencatat suhu lingkungan dilakukan setiap 30menit sekali lalu mengamati dan mencatat suhu lingkungan.
B.   Pengukuran Fisiologi Ternak
1.    Alat
a.    Termometer
b.    Countercheck
c.    Stopwatch
2.    Bahan
a.    Ternak Sapi
b.    Ternak Kambing
c.    Ternak Domba
d.    Ternak Puyuh
e.    Tabel Pencatatan Data 
3.    Metode
3.1    Pengukuran Suhu Rektal
3.1.a.      Menenangkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh     dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.1.b.      Mengangkat pangkal ekor bagian bawah, menyentuhkan    termometer pada anus atau dubur.
3.1.c.      Menunggu satu menit lalu membaca suhu dan        mencatatnya.
3.1.d.      Mengulangi langkah dengan waktu yang berbeda di pagi    hari dan siang hari.
3.2    Pengukuran Frekuensi Respirasi
3.2.a.      Menengkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh       dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.2.b.      Mengenolkan countercheck.
3.2.c.      Memegang bagian kepala dan telapak merasakan hembusan nafas ternak.
3.2.d.     Menghitung frekuensi nafas ternak dengan selang            waktu satu menit menggunakan stopwatch.
3.2.e.      Mencatat dalam tabel pencatatan.
3.3    Perhitungan Frekuensi Detak Jantung
3.3.a.      Menengkan ternak sapi, kambing, domba, dan puyuh dengan mengelus-elus pada bagian kepala dan leher.
3.3.b.      Mencari detak nadinya dan menghitung selama satu menit dengan menggunakan stopwatch.
3.3.c.      Mencatat dalam tabel pencatatan.
C.  Pengamatan Lingkungan Disekitar Kandang Kambing
1.    Alat
a.    Kamera
2.    Bahan
a.    Kandang Kambing
b.    Data Identitas
3.    Metode
a.    Mendatangi tempat peternakan kambing.
b.    Mengamati keadaan disekitar kandang kambing.
c.    Mengukur jarak antar kandang dengan lingkungan sekitar.
d.    Mengamati penyinaran yang masuk ke dalam kandang kambing dan mengamati kecepatan anging yang masuk.
e.    Mengisi identitas dengan menanyakan kepada pemilik ternak.


Laporan Terkait :

Minggu, 15 Mei 2016

Laporan Ilmu Lingkungan Ternak Tinjauan Pustaka




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Lingkungan Ternak
Pengaruh lingkungan yang tidak baik pada ternak akan mengakibatkan perubahan status fisiologis, yang disebut stres atau cekaman. Stres banyak sekali penyebabnya, salah satunya adalah lingkungan, yang timbul dari beberapa faktor yalitu teknik peternakan, iklim atau cuaca, kandang makanan, antimetabolit, tingkah laku ternak, serta berbagai interaksi seperti : antara makanan dengan lingkungan, antara cuaca dengan lingkungan, dan antara genetik dengan lingkungan (Sihombing dkk., 2000).
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap ternak juga berpengaruh tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain, selain itu berbeda dengan faktor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia, untuk memperoleh produktivitas ternak yang efisien, manusia harus “menyesuaikan“ dengan iklim setempat. Iklim yang cocok untuk daerah peternakan adalah pada klimat semi-arid. Daerah dengan klimat ini ditandai dengan kondisi musim yang ekstrim, dengan curah hujan rendah secara relatif dan musim kering yang panjang. Fluktuasi temperatur diawal dan musim sangat besar, lengas udara sepanjang tahun kebanyakan sangat rendah dan terdapat intensitas radiasi solar yang tinggi karena atmosfir yang kering dan langit yang cerah
(Sientje, 2003).
Hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut Temperature Humidity Index(THI) yang dapat mempengaruhi tingkat stress sapi. Sapi menunjukan penampilan produksi terbaik apabila ditempatkan pada suhu lingkungan 18,3oC dengan kelembaban 55 %. Ternak akan melakukan penyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku, apabila suhu lingkungan dan kelembaban melebihi normal (Yani, 2005).
Berman (2005) menyatakan bahwa suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup ternak. Kenaikan suhu lingkungan mikro (sekitar kandang) sebesar 5 0C dapat mengakibatkan perubahan yang nyata pada pola makan ternak bahkan kalau tidak dapat dikendalikan bisa menyebabkan stress. Hal ini akan berakibat lanjut pada aspek produksi pada ternak, baik ternak ruminansia maupun non ruminansia.
Faktor lingkungan dapat dimodifikasi untuk mendapatkan kenyamanan ternak itu sendiri. Modifikasi lingkungan mikro dapat dilakukan dengan pemberian naungan dalam bentuk atap kandang dengan ketinggian yang tepat, pemberian shelter di sekitar bangunan ternak, pemberian air minum dingin, pemberian kecepatan angin dengan pemasangan kipas, pengabutan melalui sprinkler di dalam kandang, pemberian isulator di bagian atap kandang. Modifikasi lingkungan mikro di atas memerlukan biaya yang tidak murah sehingga memerlukan alternatif modifikasi lingkungan dengan cara penggunaan bahan kandang (atap, dinding, tiang) dan teknologi yang lebih murah (Yani, 2005)
Iklim dapat disebabkan oleh suhu, kelembaban, cahaya, dan lainnya. Ciri utama daerah tropis adalah tingginya suhu dan angka persentase kelembaban, yang nyata merupakan faktor cekaman bagi ternak. Akibat dari adanya cekaman panas atau dingin yang berasal dari lingkungan sekitar dapat berdampak hebat jika ternak tidak mampu mempertahankan kondisinya. Terutama jika terjadi fluktuasi pada faktor-faktor yang menyebabkan cekaman terjadi (Sunarti, 2004).
B.       Fisiologi Ternak
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksteral dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam udara alveolar ini disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara kedalam paru-paru (Frandson, 1998).
Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara normal. Pengukuran terhadap parameter terhadap fisiologis yang biasa dilakukan di lapangan tanpa alat-alat laboratorium adalah pengukuran respirasi, detak jantung dan temperature tubuh (Ganong, 2003).
Jantung dalam kenyataannya merupakan dua pompa yang menerima darah ke dalam bolak-balik atrial (atria) dan kemudian memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kemudian kembali lagi. Katup-katup jantung terbuka dan tertutup mengikuti yang tepat agar supaya darah mengalir ke salah satu jurusan saja. Bagian terbesar dari tenaga yang digunakan untuk mendorong darah berasal dari kerja otot jantung itu sendiri (Frandson, 2002).
Cara mengetahui temperatur tubuh selalu digunakan terperatur rektal karena paling dapat dipercaya untuk menggambarkan rata-rata temperatur tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas, kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan ternak. Indeks temperature dalam tubuh hewan lebih mudah didapat dengan cara memasukkan thermometer rectal ke dalam rectum, meskipun temperature rectal tidak selalu menggambarkan rata-rata temperature dalam tubuh. Karena temperatur dalam tubuh mempunyai equilibrium lebih lambat (Frandson, 2002).
Frekuensi pulsus yang tidak sesuai dengan kisaran normal dapat dipengaruhi oleh perangsangan atau stimulus, temperatur lingkungan dan latihan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor yang paling mencolok pengaruhnya dibanding dengan faktor lainnya. Kambing jantan bersikap lebih agresif, banyak bergerak serta sulit untuk dikendalikan. Hal inilah yang menyebabkan kurang normalnya pulsus kambing tersebut (Swenson. 1999).
Suhu yang tinggi meningkatkan aktivitas ternak khususnya pada kelinci dan ayam sehingga respirasi mengalami peningkatan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi respirasi ternak adalah suhu tubuh, temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak, dan kondisi kesehatan ternak (Smith, 1998).
C.      PengaruhLingkungan Kambing
Seluruh makhluk hidup dikelilingi oleh suhu dan udara. Bahkan organisme seperti yang terdapat dalam tanah yang kelihatannya terdapat pada medan lain. Sebenarnya terdapat dalam air dan udara. Organisme didalam tanah yang terdapat dalam ruangan antar partikel-partikel tanah. Dari antara kedua hal ini yakni air dan udara, masing-masing sel individu dari organisme diudara hanya bisa aktif bila dalam keadaan lembab (Kartasapoetra, 2002)
Total  massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air; jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (Agus, 2009).
Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal (Umar, 2010).
Pengukuran suhu suatu benda dan pengukuran diberbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang tidak langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan diukur suhunya kea lat pengukur suhu. suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan, suhu antara benda yang diukur tersebut dengan alat pengukur suhu. Jadi, bukan suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang akan diukur tersebut dengan alat pengukur. Alat pengukur suhu disebut thermometer. Termometer pada dasarnya merupakan instrumen yang terdiri dari bahan yang perubahan sifat fisiknya, karena perubahan suhu dapat mudah diukur. Sifat fisik yang berubah tersebut dapat berupa perubahan volume gas, pemuaian logam, perubahan daya hantar listrik atau sifat-sifat fisik lainnya. Masing-masing jenis termometer akan mempunyai skala yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu dikalibrasi dengan termometer yang dijadikan patokan (standar). Termometer yang dijadikan patokan adalah termometer tahanan platina (Platinum Resistance Thermometer) atau IPTS-68 (Lakitan, 2002)
Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi ternak menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x dan 1000 x , dimana pada perbesaran 40 bagian eritrosit lebih terlihat dan lebih jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa dalam seiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit, oleh karena itu pada sediaan darah yang tampak paling menonjol adalah sel eritrosit. dimana pada perbesaran 1000 x ditambahkan minyak imersi, terlihat bagian dalam darah yaitu sel-sel darah yaitu eritrosit hemoglobin dan plasma darah (Subowo, 2009)
Komposisi darah penting karena darah merupakan zat antara membawa zat-zat makanan berbagai bagian tubuh dan kemudian untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme. Volume darah terutama berhubungan erat dengan jaringan aktif tubuh. Jadi semakin besar jumlah jaringan lemak, semakin rendah presentase darah bagi tubuh sebagai keseluruhan (Dellman dan Brown, 1999). 
Perkembangan bobot badan sebagian besar disebabkan oleh daging dan tulangsedangkan jaringan lemaknya hanya sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa terdapat sangat sedikit jaringan lemak pada semuamamalia dan setelah mendekati dewasa pertambahan berat badannya akan menurunselama kebuntingan sehingga pada waktu lahir total lipidnya hanya berkisar 1-2 % bobot badan (Sonjaya, 2005).


Laporan Terkait :